Rabu, 26 Oktober 2011

Contoh Pengaruh Teknologi Tinggi Dalam Kultur Kita

Contoh Pengaruh Teknologi Tinggi Dalam Kultur Kita 

        Kini perkembangan teknologi yang semakin tinggi, semakin canggih, semakin hebat, disadari atau tidak, telah amat memengaruhi kultur kita. Kini sudah ada berbagai film, atau buku yang bergenre Sci-Fi. Dimana-mana terlihat teknologi yang state of the art. Imajinasi manusia menggila. Mimpi akan teknologi masa depan telah menjadi dongeng bagi manusia modern. Dan saya akan membahas beberapa teknologi tinggi yang melekatkan diri dalam berbagai produk kultur abad-21.

1. Film

a. The Matrix

Film ini menceritakan bahwa sebenarnya kita hidup dalam “Virtual Reality” yang dinamakan The Matrix. Di dunia nyata, Mesin denganAI (Artificial Intellegence) yang luar biasa tinggi telah menguasai bumi. Manusia yang hidup dalam The Matrix ini adalah “ladang” energi bagi para mesin. Sedangkan manusia-manusia yang tersisa dan masih bertahan dalam perang dengan mesin-mesin tersebut, bergerak secara underground dalam dunia The Matrix.
Teknologi yang paling menarik bagi saya disini adalah “Virtual Reality” dan “Artificial Intellegence“.
Virtual Reality sekarang, tentunya masih tak ada apa-apanya dengan yang digambarkan di film, tapi perkembangannya cukup mengagumkan. bila kita lihat grafik kotak-kotak di komputer jaman baheula, hingga tampilan game mutakhir.. The Matrix is closer than you think. Lagipula, apa yang kita lihat dan rasakan itukan hasil proses otak kita.. apakah benar ada komputer di pandanganku? :)
Artificial Intellegence. Masih belum kaya’ di film, tapi sudah lumayan. AI bila diterapkan akan dapat membantu manusia di berbagai bidang. Tapi sebetulnya saya sih engga yakin kalau AI bisa lebih pintar dari manusia. Sampai sekarang belum ada AI yang lulus tes Turing . But you never know.. :roll:

b. The Time Machine

Film ini menceritakan tentang seorang ilmuwan, yang karena kematian kekasihnya dia bertekad membuat sebuah mesin waktu, dalam usaha untuk mencegah kekasihnya mati. Mesin waktu: dia berhasil. Kekasihnya: dia gagal. Berapa kali-pun dia kembali ke masa lalu mencoba menyelamatkannya, gadis idamannya selalu mati. Maka ia mencari jawaban masalah tersebut ke masa depan..
Teknologinya jelas: Mesin Waktu. Hal ini tentu saja tidak mungkin bagi manusia, tapi ini bagaikan holy grail bagi orang-orang yang menginginkan keabadian. Dengan mesin waktu, berarti kita dapat mengurangi entropi. Kita bisa mengendalikan takdir kita sendiri. Ada kesalahan? Undo. Kita telah lepas dari kontinuum ruang-waktu, tak ada lagi masa lalu, sekarang atau masa depan. Waktu milik kita. Sebuah khayalan tingkat tinggi..

c. Star Wars

Film ini sangat populer. Star Wars menceritakan tentang kehidupan seorang Jedi di Long ago, in a galaxy far, far away.. Petualangan dan pertempurannya seru. Tapi saya bahas segini aja. Mending nonton filmnya..
Teknologi di film ini banyak: Pesawat Antariksa FTL(Faster Than Light), Komunikasi 3D, Senapan Laser, Mobil Terbang, Pasukan Robot…. Intinya, berbagai teknologi di film ini adalah impian para futurist. Bayangan akan bagaimana bentuk teknologi yang akan digunakan di masa depan. Sebetulnya, beberapa dari teknologi ini sudah tidak begitu lama lagi.. Walau mungkin adanya Alien dan koloni di luar angkasa, perang antar planet masih dalam lingkup science fiction.

2. Cerita/Buku

a. Doraemon (Komik)

Apa itu Doraemon? saya yakin anda semua tahu, jadi engga perlu pengenalan.. Walau terdengar kekanak-kanakan, Doraemon adalah salah satu yang mendorong saya ingin menjadi engineer. Alat-alat ajaib Doraemon adalah impian bagi kebanyakan anak-anak. Dan saya yakin, kita pernah berpikir “Seandainya aku punya baling-baling bambu..”;”Seandainya aku punya pintu kemana saja..”;”Seandainya aku punya Doraemon..”. So? Menurut saya, Wright Brothers adalah orang yang berpikir “Seandainya aku bisa terbang..”

b. Digital Fortress (Novel)

Digital Fortress adalah novel yang menceritakan tentang sebuah kode enkripsi yang super kuat dan tak terpecahkan, tak ada komputer yang sanggup mendekripsikannya. Dan penyebaran kode ini adalah bom waktu bagi NSA, biro agen kriptografi Amerika Serikat, karena hal ini akan menghilangkan kemampuan melacak mereka..
Teknologi di sini adalah kriptografi. Kini dengan adanya komputer, kemampuan enkripsi pesan telah menjadi semakin kuat. Tapi total privacy ini juga mengakibatkan mudahnya para teroris saling berkoordinasi.. Hingga sebetulnya, saya cukup yakin Amerika Serikat punya sebuah superkomputer untuk bruteforce password. Menurut saya, ini termasuk necessary evil. Buku ini memberikan sebuah contoh sisi baik dan buruk dari teknologi.

c. 20.000 Leagues Under the Sea

Petualangan kapal selam menjelajahi hingga palung laut terdalam. Kapal selam adalah teknologi yang masih kurang dikembangkan, menurut saya. Telah lebih banyak orang yang pergi ke Luar Angkasa daripada orang yang menyentuh dasar laut. Padahal sebetulnya, kalau melihat di NGC dan Discovery Channel, dasar laut is an amazing world..

3. Lirik Lagu

a. Slightly Stoopid: Leaving on a Jet Plane

‘Cause I am leaving on a jet plane.. don’t know when i’ll be back again..
Pesawat Jet.. teknologi transportasi yang telah membuat dunia terasa lebih kecil. Tapi tetap saja pelaku lirik tersebut tak mau meninggalkan kekasihnya barang sebentar.. :)

b. USA National Anthem: The Star Spangled Banner

And the rocket’s red glare, the bombs bursting in air..
Lagu nasional Amerika Serikat telah mencantumkan Roket dan Bom.. Apakah ini salah satu yang mendorong mereka menjadi negara paling maju di Luar Angkasa(Roket) atau teknologi perang(Bom)?

c. Tracy Chapman: Fast Car

You got a fast car, I want a ticket to anywhere..
Lagu tentang mobil, yang cepat. Hehe, sebetulnya sih saya enggak pernah denger lagu ini sebelumnya, tapi enggak ada ide lagi niih.. :D

Selasa, 25 Oktober 2011

pengaruh sinetron

SINETRON DAN DAMPAK YANG DITIMBULKANNYA



Bukannya tidak suka atau suka sekalipun. Hanya rasa prihatin dan khawatir terhadap generasi muda yang terperangkap terhadap jerat mimpi dan hayalan tidak nyata. Bahkan seorang ibu yang bertanggung jawab terhadap generasi muda pun bisa terjerumus.

Televisi sebagai media informasi massa
Sebuah acara di televisi dapat disaksikan oleh jutaan manusia secara bersamaan. Survei International Foundation for Election System (IFES) mengungkapkan, 85 persen masyarakat Indonesia memperoleh informasi dari televisi. Sedangkan menurut Media Index Wave 2005, televisi dikonsumsi 92 persen masyarakat Indonesia, mengalahkan suratkabar yang cuma 28 persen dan majalah dengan 19 persen. Jangkauan pemirsa sudah mencapai ke seluruh pelosok nusantara.
Media elektronik televisi termasuk ke dalam media massa karena sifat informasinya yang konvergen. Informasi dapat diterima secara bersamaan oleh reseptor lebih dari satu orang. Menurut Jalaluddin Rakhmat, di dalam buku Psikologi Komunikasi, definisi komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
Media massa merupakan dasar bagi apa yang disebut sebagai “industri budaya” (Max Horkheimer dan Theodore Adorno, “The Culture Industry : Englightenment as Mass Deception”.) Semua pesan yang dipropagandakan oleh media massa membentuk kesadaran manusia dan membagi arti pesan tersebut kepada mereka, sehingga manipulasi pesan dalam media massa merupakan strategi yang efektif untuk menasehati dan memberikan pengawasan.

Kritik Sinetron
Televisi merupakan media komunikasi paling efektif untuk menyampaikan pesan dan mempengaruhi orang lain. Jika mengamati setiap keluarga yang ada, maka salah satu barang pokok yang ada di setiap keluarga adalah televisi. Saat ini, hampir seluruh keluarga memiliki televisi. Dengan kata lain, akses informasi melalui televisi mampu diterima oleh hampir setiap keluarga yang memiliki televisi.
Beragam acara ditawarkan oleh stasiun televisi, baik lokal, nasional, dan internasional. Acara yang mendominasi di stasiun televisi adalah sinetron kecuali stasiun tv yang memiliki genre khusus seperti Metro TV. Secara umum, hampir sebagian besar slot waktu stasiun TV didominasi oleh sinetron. Mulai dari prime time atau waktu yang menjadi waktu utama hingga pagi hari ketika aktivitas luar rumah tinggi. Waktu utama tayangan televisi pun semakin lebar. Jika beberapa tahun yang lalu waktu utama siaran televisi sekitar pukul 19.00 s.d 21.00 tetapi sekarang menjadi 18.00 s.d 23.00. Seperti yang dikutip dari ungkapan Marketing and Communication Execuitve AGB Nielsen, Andini. Indikasi utama adalah acara-acara yang memiliki rating tinggi berada di waktu utama tersebut. Sebuah stasiun televisi swasta nasional ada yang memiliki slot waktu tayang sinetron dalam sehari mencapai 7 jam. Waktu penayangannya pun berada di waktu utama, yakni pukul 18.00 s.d 22.00 malam. Jika kita mendefinisikan waktu utama sebagai waktu potensi paling besar pemirsa menyaksikan tayangan maka demikian tinggi penghargaan terhadap sinetron.
Penayangan sinetron di waktu utama memiliki berbagai implikasi terhadap masyarakat. Penonton disuguhkan dengan tayangan sinetron di waktu mereka memiliki kesempatan untuk menyaksikan televisi baik secara individu maupun bersama keluarga. Sehingga mungkin sekali sinetron untuk mencapai rating tinggi.
Hampir semua stasiun televisi berlomba untuk memproduksi sinetron yang bekerja sama dengan production House. Tingkat persaingan antar stasiun televisi pun semakin ketat.
Ada beberapa faktor yang mendorong lakunya permintaan terhadap tayangan sinetron. Faktor tersebut diantaranya adalah daya tarik cerita dan tokoh cerita yang digemari. Sedangkan ketertarikan stasiun swasta untuk memproduksi sinetron didorong permintaan dan daya jual tinggi dengan biaya murah. Jika mengamati cerita yang disuguhkan, relatif tidak ada perubahan dari satu sinetron ke sinetron yang lain.
Empat pertimbangan suatu program akan ditayangkan di sebuah stasiun televisi swasta, yakni audience share, variasi program, kepentingan bisnis, dan kebutuhan. Keempatnya saling terkait. Bisa sebuah program bagus, tapi masyarakat mengatakan lain, ini akan menjadi pertimbangan. Tetapi biasanya faktor pendorong paling kuat adalah audience share karena mampu mengundang pemasang iklan.
Penanaman Sistem Nilai
Ketika melihat merebaknya berbagai sinetron saat ini, secara tidak disadari kita sedang mengarah kepada pembentukan sistem nilai sesuai dengan apa yang ditampilkan di dalam sinetron tersebut. Ketika ditampilkan konflik si kaya dan miskin, seorang kaya dikesankan dengan kemewahan dan kekuasaan yang diukur dari banyaknya harta dan tingginya jabatan. Sedangkan si miskin ini hidup dengan seadanya dan kekurangan secara materi. Padahal kemiskinan itu tidak semata diukur dari materi saja. Hal tersebut seperti menyampaikan sistem nilai yang dibawa oleh kapitalisme bahwa siapa yang kaya dia adalah orang yang memiliki banyak harta. Hanya sedikit sinetron yang mengajarkan kekayaan hati. Sinetron ini menggambarkan kekayaan yang tidak diukur melalui harta semata-mata, seperti Si Doel dan Keluarga Cemara.
Beberapa jenis sinetron yang ada di TV Indonesia saat ini membawa dampak negatif bagi pemirsa. Tayangan yang membawa cerita mistik mengarahkan kepada keterbelakangan mental dan syirik terhadap Sang Maha Pencipta. Keterbelakangan mental dalam hal ini adalah menggambarkan betapa hebatnya jin dengan kekuatan-kekuatannya sehingga manusia seolah menjadi takut dan mendorong manusia takut. Ketika orang menonton sinetron jenis ini, orang tersebut akan merasa bahwa setan itu ada dan senantiasa nyata dan menakuti manusia bahkan bisa membunuhnya. Di sisi lain, ketika manusia percaya adanya setan dan merasa takut maka sebenarnya kita sudah masuk kepada rasa syirik kepada Maha Pencipta. Rasa takut tersebut disebabkan karena suguhan dari tayangan yang mengesankan zat yang gaib lebih kuat dari manusia. Dalam hal ini, unsur agama dijadikan sebagai penghancur dari keberadaan makhluk tersebut padahal tidak ada hubungannya sama sekali. Suatu ketika ada seseorang yang diganggu oleh makhluk halus dan memperlihatkan kitab suci lantas digambarkan makhluk halus tersebut terbakar. Hal tersebut sudah masuk kepada kesesatan.
Selain itu, jenis sinetron yang membawa dampak buruk adalah sinetron dengan unsur cinta yang kuat. Dalam hal ini sistem nilai kembali mengalir deras. Sepasang anak muda dibuat tidak berdaya dan putus asa karena dipisahkan dengan kekasihnya. Di antara persoalan hidup lain, cinta digambarkan sebagai sebuah persoalan hidup yang amat sulit. Tidak tampak usaha yang keras untuk bertahan hidup dan kerja keras dalam bertahan hidup.

Pengaruh Sinetron
Berikut dipaparkan dengan lebih detail mengenai jenis cerita dan pengaruhnya terhadap pemirsa
  • Tema ghaib
- Mendorong orang untuk percaya bahwa ada makhluk selain jin dan manusia, yaitu turunan setan seperti pocong, hantu, dan kuntilanak. Padahal Allah menegaskan di dalam kitab suci Al-Qur’an bahwa Allah tidak menciptakan selain jin dan manusia. Allah berfirman
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Adz Dzaariyaat : 56
- Menimbulkan kesyirikan dengan percaya kepada selain Allah. Dan menyelesaikan masalah ghaib ini dengan perantara manusia yang memiliki kemampuan supranatural.
- Menakut-nakuti diri sendiri dengan bayangan setan (padahal manusia adalah makhluk yang mulia dan disegani oleh bangsa jin). Dan lebih menakuti setan dibandingkan dengan penjajahan baru dan siksa kubur Sang Maha Pencipta.
  • Tema Cinta
- Mengecilkan persoalan hidup sesungguhnya. Seolah di dunia ini masalah terbesar adalah persoalan cinta. Bagaimana tidak “kejam”, masyarakat yang konon jika mengunakan standar kemiskinan dengan pendapatan 2 $ sehari hampir setengah dari penduduk Indonesia ini berada di bawah garis kemiskinan harus menyaksikan sinetron yang menampilkan anak-anak muda yang memiliki segalanya (fisik proporsional dan kekayaan yang melimpah). Konflik yang terjadi pun seputar cinta. Padahal di Indonesia tema yang seharusnya diangkat adalah kondisi realita bangsa ini, yaitu masalah KEMISKINAN. Agar masyarakat dapat memiliki daya juang untuk memperbaiki kondisi perekonomian. Bertentangan dengan apa yang disampaikan oleh Jeffrery Alexander di dalam bukunya The Media in Systematic, Historical, and Comparative Perspective yang dikutip dari buku Elihu Katz dan Szecsko Mass Media and Social Change bahwa media menjadi refleksi atau gambaran lingkungan sekitarnya. Sudut pandang yang diambil adalah peran media dalam menginformasikan potret kondisi lingkungan dengan mengemas dengan audio-visual tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Kenyataan berbeda dengan kondisi realita yang ada.
- Salah satu riset yang terkenal dari McQuail dan kawan-kawan di Inggris pada tahun 1972 menemukan bukti bahwa orang yang melewati waktu menikmati media adalah untuk lari dari kehidupan nyata yang pahit (escape). Dan ragam escape ternyata bermacam-macam, berbeda menurut pelapisan sosial, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan lain-lain.
- Utopis. Bangsa kita diajarkan untuk berpikir singkat (instan). Seolah ukuran kesuksesan seseorang diukur dari banyaknya harta yang dapat terlihat dari rumah megah, mobil mewah, dan istri yang cantik. Hal yang sering ditampilkan oleh sinetron adalah anak-anak muda dengan penampilan necis yang memiliki “harta” melimpah, rumah megah, dan memiliki posisi di puncak kariernya tanpa asal usul yang jelas. Dapat dibayangkan apa yang terjadi dengan pemirsanya. Mereka hanya bisa melihat dan bermimpi. Bangsa kita belum layak menerima kenyataan seperti itu.
Kontraproduktif. Dengan melihat tayangan yang jauh dari kenyataan akan membuat produktivitas menjadi kontraproduktif. Ibu rumah tangga yang seharusnya membantu suami mereka meringankan beban hidup dibuai dengan mimpi dan keindahan dunia. Apa yang terjadi. Harapan tidak sesuai dengan kemyataan sehingga menimbulkan keputusasaan.
  • Tema Religi
- Maaf mengenai tema yang satu ini. Kita harus melihat secara objektif. Sinetron religi lebih banyak mencampuradukan antara hikmah dengan komersialisasi. Film yang mengambil tema ini sangat kental unsur komersilnya. Bukti sederhana adalah pemeran di dalam sinetron tema ini berperan sebagai “aktor” yang baik. Berperan sebagai “goodman” hanya di dalam film tetapi setelah itu kembali kepada karakter semula bahkan mencontohkan hal yang tidak pantas dipertontonkan di depan umum.
- Film-film dengan tema ini sifatnya hanya mengejar profit semata dengan minim perhatian terhadap pesan yang disampaikan. Banyak sisi religi justru berbeda dengan ajaran agama itu sendiri. Sebagai contoh adalah adegan-adegan di dalam film religi berlabel hikmah. Film tersebut menampilkan balasan terhadap orang-orang yang telah berbuat kemunkaran di dunia. Padahal siksaan bagi orang-orang yang berbuat kemunkanran berada di akhirat. Artinya apa yang terjadi di dunia merupakan ujian dan azab dan tidak azab tersebut tidak selalu sebuha hubungan sebab akibat. Ada pula adegan yang menampilkan pegangan tangan antara laki-laki dan perempuan bukan mukhrim.
Beberapa waktu lalu tak kurang dari 20 program sinetron tema religi tayang setiap minggunya. Stasiun berinisial R menampilkan “Pintu Hidayah” dan “Habibi dan Habibah”. Di stasiun T, ada “Rahasia Illahi” dan “Takdir Illahi”, di TV ada “Taubat”, “Hidayah” dan “Insyaf”. S tak ketinggalan dengan menayangkan “Astagfirullah”, “Kuasa Illahi”, ”Suratan Takdir”, dan “Kiamat Sudah Dekat”. Stasiun A menampilkan “Jalan ke Surga” dan “Nauzubillah Minzalik” dua kali sepekan. Sementara di I membawa “Titipan Illahi”. Ketika rating sinetron tema tersebut sudah tidak tinggi maka beralih ke tema lain yang sedang tinggi permintaannya. Hal ini membuktikan bahwa tidak adanya konsistensi untuk menyampaikan hikmah tetapi semata-mata hanya mengikuti tren untuk memperoleh keuntungan semata.
Pandangan Umum
- Secara umum sinetron hanya menjual fisik tanpa kualitas peran. Padahal insan seni adalah orang-orang yang menghargai karya seni dan mengemas karya tersebut menjadi sebuah tampilan yang menarik. Tetapi pada kenyataannya seni peran di dalam sinetron lebih mengedepankan tampilan fisik pemeran bukan pada kemampuan seni peran aktor dan artis. Sehingga kualitas sinetron menjadi tidak diperhatikan dan semata hanya mengejar keuntungan semata. Banyak artis baru yang bermunculan tanpa memiliki kualitas dan hanya bermodal tampang saja.
- Mendorong masyarakat berperilaku konsumtif. Derasnya adegan yang memberikan contoh gaya hidup mewah dan mengutamakan penampilan fisik.
- Mengesankan bangsa Indonesia bangsa yang makmur dan suka kemewahan. Konsep ini banyak diadopsi dari film-film India yang menampilkan kegemerlapan di antara kemiskinan bangsa.
- Tidak membawa budaya lokal bangsa atau pun budaya timur yang santun dan memiliki etika dalam berbusana sehingga terkikisnya dengan gaya busana barat yang terbuka.

Dampak secara umum
Lantas nilai apa yang diperoleh oleh ibu rumah tangga yang menyaksikan tayangan sinetron glamour dan gemerlap penuh kemewahan sedangkan kondisi ekonomi mereka berbeda jauh dari tayangan tersebut. Alhasil muncul sikap kontraproduktif dari pemirsa bahkan justru mendorong budaya konsumerisme. Berbeda implikasinya dengan apa yang akan diperoleh oleh remaja ABG. Kehidupan sebagian sinetron yang menampilkan kehidupan yang seperti di atas membawa remaja ke dalam kehidupan fantasi yang luar biasa, kehidupan dianggap mudah dan sederhana. Seseorang memerankan tokoh eksekutif muda yang mapan dengan kekayaan melimpah serta jabatan tinggi? Nilai apa yang bisa diambil dari peran tersebut? Siapa yang dapat mencapai jabatan direktur dalam usia muda dan memiliki harta sedemikian banyak selain bukan warisan? Kalaupun ada kasus yang memang terjadi apakah cukup mewakili kehidupan rakyat Indonesia. Remaja kita diajarkan bermimpi tanpa dorongan untuk bekerja keras.
Sorotan selanjutnya adalah konflik yang muncul bukanlah masalah kehidupan yang primer, malah mengajarkan memilih berkorban demi cinta yang semu seolah-olah hidup ini hanya untuk cinta tanpa perjuangan untuk hidup. Implikasi logis dari hal tersebut menimbulkan apakah kita belajar untuk menderita atau mencoba untuk menderita. Tetapi konflik yang muncul malah seputar interaksi sosial manusia yang itu-itu saja. Bukan ingin mengecilkan masalah konflik yang dimunculkan tetapi ada tanggung jawab yang lebih besar dari hal tersebut yaitu membentuk generasi pejuang dan penuh kerja keras. Bukankah nasib itu tidak akan berubah bila bukan kita yang mengubahnya.

Analisis Pengaruh Media (sinetron) terhadap masyarakat yang menyaksikan
Ada yang menganggap media tidak terlalu perkasa, karena ada variabel personal yang mementahkannya. Misal, ditemukan fakta bahwa di dalam perangkat kognitif individu terdapat apa yang disebut selektivitas perhatian (selective attention), sehingga tidak secara otomatis apa yang diserap melalui indra penglihatan dan pendengaran diteruskan membentuk ingatan dalam ranah kognitif menjadi memori dan membentuk sistem respon. Teori Moderat Effect Theory mengatakan, media bukanlah satu-satunya variabel yang mempengaruhi perubahan sikap, nilai, dan perilaku individu. Di dalam banyak kasus, media massa hanyalah sebagai faktor yang memperkuat saja (re-enforcement). Sebelumnya dalam diri individu sudah terdapat potensi serupa. Dengan demikian, media massa hanya merupakan faktor pemicu timbulnya perilaku
Media diyakini sejak lama menjadi semacam kanal yang berfungsi mengalirkan emosi dan kecenderungan distruktif psikologis lainnya menjadi gejala internal (individu) yang wajar (normal). Aristoteles, misalnya, sejak ribuan tahun yang silam menyatakan bahwa menonton pemandangan agresi dapat mengeluarkan perasaan-perasaan agresi yang dimiliki.
Selanjutnya media dapat menjadi media belajar yang efektif. Jika tidak diwarnai dengan tampilan yang terlalu vulgar dalam arti terlalu menampilkan kesan penampilan dalam cerita. Kemudian pengemasan cerita yang lebih ”membumi” sehingga sinetron dapat menjadi media efektif untuk belajar yang bersifat lokalistik. Menurut Cassata dan Asante (1972:12), bila arus komunikasi hanya dikendalikan oleh komunikator, situasi dapat menunjang persuasi yang efektif. Sebaliknya bila khalayak dapat mengatur arus informasi, situasi komunikasi akan mendorong belajar yang efektif.
Tetapi pertanyaan selanjutnya adalah apakah masyarakat sudah cukup baik untuk menseleksi tontonan yang baik, dan mampu mengambil hikmah, sehingga memiliki nilai pembelajaran. Sebuah survei yang dilakukan AGB Nielsen pada pertengahan 2006 lalu di masyarakat Jakarta dan sekitarnya, terlihat bahwa pemirsa menginginkan tayangan sinetron drama, sinetron misteri/horor, serta tayangan gossip/infotainment untuk dikurangi karena dinilai tidak memberikan hiburan dan tidak mendidik (jawaban.com)

sejarah televisi

 SEJARAH TELEVISI

       Pada tahun 1873 seorang operator telegram asal Valentia, Irlandia yang bernama Joseph May menemukan bahwa cahaya mempengaruhi resistansi elektris selenium. Ia menyadari itu bisa digunakan untuk mengubah cahaya kedalam arus listrik dengan menggunakan fotosel silenium (selenium photocell). Joseph May bersama Willoughby Smith (teknisi dari Telegraph Construction Maintenance Company) melakukan beberapa percobaan yang selanjutnya dilaporkan pada Journal of The Society of Telegraph Engineers. Hal ini merupakan embrio dari teknologi perekaman gambar.
        Setelah beberapa kurun waktu lamanya kemudian diciptakan sebuah piringan metal kecil yang bisa berputar dengan lubang-lubang didalamnya oleh seorang mahasiswa yang bernama Julius Paul Gottlieb Nipkow (1860-1940) atau lebih dikenal Paul Nipkow di Berlin, Jerman pada tahun 1884 dan disebut sebagai cikal bakal lahirnya televisi. Sekitar tahun 1920 John Logie Baird (1888-1946) dan Charles Francis Jenkins (1867- 1934) menggunakan piringan karya Paul Nipkow untuk menciptakan suatu sistem dalam penangkapan gambar, transmisi, serta penerimaannya. Mereka membuat seluruh sistem televisi ini berdasarkan sistem gerakan mekanik, baik dalam penyiaran maupun penerimaannya. Pada waktu itu belum ditemukan komponen listrik tabung hampa (Cathode Ray Tube)

         Televisi elektronik agak tersendat perkembangannya pada tahun-tahun itu, lebih banyak disebabkan karena televisi mekanik lebih murah dan tahan banting. Bukan itu saja, tetapi juga sangat susah untuk mendapatkan dukungan finansial bagi riset TV elektronik ketika TV mekanik dianggap sudah mampu bekerja dengan sangat baiknya pada masa itu. Sampai akhirnya Vladimir Kosmo Zworykin (1889-1982) dan Philo T. Farnsworth (1906-1971) berhasil dengan TV elektroniknya. Dengan biaya yang murah dan hasilnya berjalan baik, maka orang-orang pada waktu itu berangsur-angsur mulai meninggalkan tv mekanik dan menggantinya dengan tv elektronik.
         Vladimir Zworykin, yang merupakan salah satu dari beberapa pakar pada masa itu, mendapat bantuan dari David Sarnoff (1891-1971), Senior Vice President dari RCA (Radio Corporation of America). Sarnoff sudah banyak mencurahkan perhatian pada perkembangan TV mekanik, dan meramalkan TV elektronik akan mempunyai masa depan komersial yang lebih baik. Selain itu, Philo Farnsworth juga berhasil mendapatkan sponsor untuk mendukung idenya dan ikut berkompetisi dengan Vladimir.

TV ELEKTRONIK
        Baik Farnsworth, maupun Zworykin, bekerja terpisah, dan keduanya berhasil dalam membuat kemajuan bagi TV secara komersial dengan biaya yang sangat terjangkau. Di tahun 1935, keduanya mulai memancarkan siaran dengan menggunakan sistem yang sepenuhnya elektronik. Kompetitor utama mereka adalah Baird Television, yang sudah terlebih dahulu melakukan siaran sejak 1928, dengan menggunakan sistem mekanik seluruhnya. Pada saat itu sangat sedikit orang yang mempunyai televisi, dan yang mereka punyai umumnya berkualitas seadanya. Pada masa itu ukuran layar TV hanya sekitar tiga sampai delapan inchi saja sehingga persaingan mekanik dan elektronik tidak begitu nyata, tetapi kompetisi itu ada disana.

TV RCA, Tipe TT5 1939, RCA dan Zworykin siap untuk program reguler televisinya, dan mereka mendemonstrasikan secara besar-besaran pada World Fair di New York. Antusias masyarakat yang begitu besar terhadap sistem elektronik ini, menyebabkan the National Television Standards Committee [NTSC], 1941, memutuskan sudah saatnya untuk menstandarisasikan sistem transmisi siaran televisi di Amerika. Lima bulan kemudian, seluruh stasiun televisi Amerika yang berjumlah 22 buah itu, sudah mengkonversikan sistemnya kedalam standard elektronik baru.
Pada tahun-tahun pertama, ketika sedang resesi ekonomi dunia, harga satu set televisi sangat mahal. Ketika harganya mulai turun, Amerika terlibat perang dunia ke dua. Setelah perang usai, televisi masuk dalam era emasnya. Sayangnya pada masa itu semua orang hanya dapat menyaksikannya dalam format warna hitam putih.

TV BERWARNA
        Sebenarnya CBS sudah lebih dahulu membangun sistem warnanya beberapa tahun sebelum rivalnya RCA. Tetapi sistem mereka tidak kompatibel dengan kebanyakan TV hitam putih diseluruh negara. CBS yang sudah mengeluarkan banyak sekali biaya untuk sistem warna mereka harus menyadari kenyataan bahwa pekerjaan mereka berakhir sia-sia. Belajar dari pengalaman CBS, RCA mulai membangun sistem warna menurut formatnya sendiri. Mereka dengan cepat membuat sistem warna yang mampu untuk diterima pada sistem warna maupun hitam putih. Setelah RCA memperlihatkan kemampuan sistem mereka, format NTSC kemudian dijadikan acuan standart untuk siaran komersial pada tahun 1953.
Seiring dengan berjalannya waktu serta perkembangan teknologi, televisi dari waktu ke waktu mulai banyak perbaikan dan penambahan dari sisi teknologinya. Untuk waktu kedepan televisi perlahan mulai meninggalkan teknologi analog dan menginjak ke era yang disebut televisi digital dengan kemampuan dan kualitas yang lebih baik dari generasi sebelumnya yang lazim disebut dengan teknologi IPTV [Internet Protocol Television].